Sabtu, 04 Mei 2013

PSYCHOLINGUISTICS


PSYCHOLINGUISTICS
(PSIKOLINGUISTIK)
A. Basic Concept ( Pengertian Dasar)
Definisi Psikolinguistik menurut Lim Kiat Boey, dalam bukunya “Introduction to Linguistic for the Language Teacher” :
As its name suggests, psycholinguistic is a field of study that combiness psychology and linguistics. The term itself was coined in 1951 though the study had been going on even in the nineteenth century in the form of the study of language development.
(Boey, 1975:103)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa psikolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang memadukan antara psikologi dan linguistik. Psikolinguistik merupakan ilmu yang relatif baru karena cabang ilmu linguistik itu baru dimunculkan pada tahun1951 meskipun studi tersebut sudah berlangsung sejak abad ke-19 dalam bentuk “studi perkembangan bahasa” (language development).
Psikolinguistik mempunyai perbedaan dengan ilmu linguistik. Linguistik sering didefinisikan sebagai “the scientific study of language” atau studi ilmiah terhadap bahasa. John B.Carrol (1969:183) menegaskan bahwa studi sistem bahasa dalam bentuk abstrak merupakan ranah,kawasan, atau ruang lingkup ilmu linguistik. Studi tentang bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem dan mempelajari bahasa sebagai ruang lingkup kajian psikolinguistik.
Linguistik umum yang dikenal sebagai general linguistics atau theoritical linguistics membahas :
1) Deskripsi atau pemerian bahasa sebagai sebuah sistem
2) Tentang madzhab(aliran) dan teori-teori linguistik
B. Scope (Ruang Lingkup Psikolinguistik)
Ruang lingkup psikolinguistik terbagi menjadi 2, yaitu :
1) How people use language as a system
Pembahasan tentang bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem.
2) How people learn a language or how people can acquire a language and use it for communication
Bagaimana orang dapat memperoleh bahasa tersebut sehingga dapat digunakan untuk komunikasi.
Tidak salah jika ada pendapat yang menyatakan “psycholinguistics
basically answer two questions : 1) How language is produced, and 2) How language is acquired or learned.”
Ruang lingkup linguistik dapat diperluas menjadi beberapa topik, diantaranya :
1) Bagaimana bahasa itu diterima dan diproduksi oleh pemakai bahasa
2) Bagaimana kerja otak manusia yang berkaitan dengan bahasa
3) Teori pemerolehan bahasa oleh anak (language acquisition theory)
4) Perbedaan antara pemerolehan bahasa oleh anak dan pembelajaran bahasa (the difference between childreen language acquisition and language learning)
5) Interferensi sistem bahasa ibu ke bahasa yang sedang dipelajari (linguistic interference)
6) Perkembangan bahasa (language development)
7) Peran motivasi dalam pembelajaran bahasa (khususnya bahasa asing)
Topik tentang bagaimana bahasa  diterima dan diproduksi oleh pemakai bahasa dikaitkan dengan teori Noam Chomsky tentang competence (kompetensi atau kemampuan berbahasa) dan performance (penampilan atau pemakaian bahasa dalam situasi nyata). Menurutnya, competence mengacu kepada “rumus-rumus bahasa yang telah dikuasai dan disimpan oleh pemakai bahasa” (the implicit rules of the language stored in the mind of the speaker).
Tatabahasa aliran Noam Chomsky disebut Transformational Generative Grammarkarena dia berharap agar rumus bahasa itu dapat mendorong pemakai bahasa untuk memahami dan menciptakan kalimat-kalimat baru.
Performance menurut Chomsky adalah aktualisasi/pemakaian rumus-rumus bahasa oleh seorang dalam situasi yang sebenarnya. Jadi, diharapkan agar seseorang dapat berbicara secara benar (accurate) dan lancar (fluent) atau dapat memiliki “good competence and performance.”
C. Teori Pemerolehan Bahasa (Language Acquisition Theory)
1) Pendahuluan
Pembelajaran bahasa oleh anak-anak kecil (language learning by infants) atau oleh anak prasekolah diberi istilah oleh para linguis sebagai language acquistion(pemerolehan bahasa). Dalam perkembangannya , juga disebutChildren Language Acquisition (CLA), artinya pemerolehan bahasa oleh anak.
Leonard Bloomfield adalah ahli bahasa ternama di Amerika Serikat yang telah berjasa menjadikan ilmu linguistik sejajar dengan ilmu lain, yaitu bersifat mandiri (autonomus) dan ilmiah (scientific). Bapak Linguistik di Eropa adalah Ferdinand de Saussure karena ia telah berhasil juga membuat ilmu linguistik itu mandiri dan ilmiah.
Di Amerika, Bloomfield menjadi terkenal setelah ia mengarang bukuLanguage(1993). Namun, teori Bloomfield berseberangan dengan teori Noam Chomsky karena landasan kebahasaan dan psikologi yang berbeda. Bloomfield memulai kajian kebahasaan itu dari phoneme, sedangkan Noam Chomsky memulai dari sentence. Bloomfield lebih condong ke aliran behavioristik sedangkan Chomsky ke aliran rasionalis.
Namun perbedaan itu bagi para praktisi Linguistik dianggap wajar/luwes. Para Applied Linguistik dapat pula menggunakan teori William Stern yang memadukan antara konsep bakat dan ajar.
Language Acquisition Theory
The Habit Formation Theory The Cognitive Code Learning Theory
supported by Bloomfieldians.                                                    supported by TG Grammarians.
Gambar 1. Teori pemerolehan bahasa oleh anak dapat dibagi 2 :
1) The Habit Formation Theory yang didukung oleh para Linguis aliran Bloomfield
2) The Cognitive Code Learning Theory yang didukung oleh para Linguis aliran Chomsky.
Source : Subhan (2003:9-12).
2) The Habbit Formation Theory
The Habit Formation Theory (teori pembentukan kebiasaan) menjelaskan bahwa anak kecil itu dapat menguasai bahasa ibu (the mother tongue) atau bahasa pertama (L1) karena adanya faktor pembentukan kebiasaan(habit formation) yang dilakukan oleh orang tua, keluarga, atau lingkungan khususnya ibu. Teori ini sejalan dengan teori empirisme/tabula rasa yang dikemukakan oleh John Lock, yaitu anak kecil diibaratkan seperti kertas putih atau meja lilin putih yang dapat ditulisi,dilukisi, atau dibentuk oleh lingkungan keluarganya.
Pembiasaan bertingkah laku termasuk berbahasa oleh keluarganya yang disertai dengan dorongan perasaan cinta akan menumbuhkan iklim yang baik bagi penguasaan bahasa oleh anak. Menurut teori ini, pendidik perlu memberikan stimulus, reward, hadiah atau bentuk lain agar anak termotivasi untuk belajar lebih rajin. Teori ini juga mendorong diberikannya drill (latihan yang terus menerus) agar anak dapat secara otomatis memberikan respon terhadap orang lain. Selain itu, reinforcement(penguatan motivasi,hadiah dan pujian) juga perlu diberikan.
3) The Cognitive-Code Learning
Teori yang dikemukakan oleh aliran Noam Chomsky ini mengisyaratkan adanya proses proses pembelajaran bahasa melalui penguasaan code, rules, kaidah atau rumus-rumus bahasa (grammatical rules) melaluI proses kognitif(berfikir) oleh si anak. Anak kecil itu pada hakikatnya sudah dikaruniai oleh Allah berupa Language Acquisition  Device (LAD) atau semacam alat untuk menguasai bahasa pertama (L1). Anak kecil juga sudah dapat membuat ‘‘hipotesis” terhadap input bahasa yang datang dari lingkungannya/keluarganya. Bahasa anak kecil pada dasarnya berawal dari tangisan/jeritan(cry). Dengan cara ini, orang tua/orang lain akan menghampiri si bayi dan akan memberikan pertolongan/perlindungan kepadanya.
Seiring dengan pertumbuhan fisiknya, anak akan  mulai dapat mengucapkan kata-kata seperti “ma”, “pa”, “ibu”, “bapak” dsb. Kembali anak kecil itu membuat hipotesis bahwa bahasanya dapat menjadi perantara untuk memenuhi keinginannya. Selanjutnya, seiring perkembangannya, anak bisa mengucap kata yang lebih panjang seperti, “bapak es”, “ibu oti” dsb.  Ternyata bahasanya cukup efektif karena ibunya tanggap dan memujinya, “wah, pintar kamu sudah bisa memanggil ibu—-mau minta roti ya? Atau sang ayah yang datang dan berkata, “manggil bapak ya? —-mau minta es?
4) The Convergence Theory
Teori konvergensi merupakan titik perpaduan antara teori bakat (nativism) dan teori ajar/pendidikan (empirism). Teori Nativism berpandangan bahwa perkembangan anak atau keberhasilan anak itu tergantung pada bakat(talent or aptititude) yang dimiliki anak tersebut sejak lahir. Sebagai contoh, banyak seniman besar yang tidak sekolah namun menjadi seniman karena faktor bakat.
Noam Chomsky yang menciptakan aliran linguistik “Transformational Generative Grammar” lebih menyukai aliran nativisme karena ia percaya bahwa dengan adanya LAD(Language Acquisition Device), si anak akan dapat belajar bahasa, melakukan eksperimen, membuat hipotesis dan akhirnya dapat menguasai bahasa orang dewasa.
Teori empirisme (oleh John Lock) berpandangan bahwa perkembangan anak/keberhasilan si anak ditentukan oleh pendidikan atau pengajaran yang diterima si anak tersebut dari orang tua, lingkungan, dan masyarakat luas. Teori ini banyak dipakai oleh masyarakat di dunia, terbukti bahwa hampir setiap orang tua menyekolahkan anaknya.
Teori konvergensi berpandangan bahwa perkembangan anak/keberhasilan anak ditentukan oleh 2 faktor, yaitu bakat dan ajar. Ilustrasinya, banyak orang yang mengaku tidak berbakat menjadi guru,kemudian mereka masuk sekolah keguruan(SPG,PGA,IKIP dsb), sehingga mereka jadi guru sesuai dengan bidangnya. Kalau orang yang tidak berbakat saja dapat didik untuk jadi guru, apalagi mereka yang mempunyai bakat,pasti akan lebih mudah untuk di didik.
D. Language Learning
Secara umum, language learning (pembelajaran bahasa) dapat diterapkan ke bahasa pertama (L1), bahasa kedua (L2), dan bahasa asing (FL). Dalam ilmu psikolinguistik,bahasa kedua (L2) itu adalah bahasa target atau bahasa yang diajarkan. Kesuksesan belajar bahasa inggris(bahasa asing lainnya) bergantung pada banyak faktor,yaitu :
1) Faktor guru
2) Faktor siswa
3) Faktor materi
4) Faktor fasilitas
5) Faktor lingkungan
6) Faktor metode mengajar dan alat evaluasi
1) Faktor Guru (The Teacher Factor)
Merupakan faktor yang paling sentral dalam usaha mendorong ke arah perbaikan mutu pendidikan secara umum. Faktor guru mencakup kompetensi guru dalam menguasai materi bahasa inggris (what to teach), kepiawaian dalam mengajar (how to teach), dan motivasi serta kegigihan guru dalam mengajar. Salah satu pendorong motivasi guru dalam mengajar dan membimbing adalah gaji yang cukup dan nilai ketaqwaan yang tinggi.
2) Faktor Siswa (The Learner Factor)
Dalam language learning, guru harus bisa membangkitkan atau mengembangkan unsur faktor siswa seperti :
a. IQ (kecerdasan)
b. Aptitude (bakat)
c. Attitude (sikap)
d. Motivation (motivasi/niat)
e. Interest  (minat)
f. Strategy of foreign language learning
Pepatah mengatakan “pisau yang tumpul akan menjadi tajam apabila senantiasa diasah.” Pengalaman, pelatihan dan pendidikan dapat meningkatkan kecerdasan seseorang. Ada 3 macam kecerdasan, yaitu IQ (Intellectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan AQ (Adversity Quotient).
Aptitude (bakat) dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar bahasa inggris. Namun siswa yang tidak mempunyai bakat dapat pula meraih kesuksesan dengan sayarat ia mengikuti pendidikan dengan tekun dan penuh kesungguhan.
Attitude (sikap) memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa inggris. Seseorang yang yang memiliki sikap kurang baik(negatif) akan bahasa inggris, biasanya juga akan membenci guru yang mengajar atau bosan untuk belajar.
Motivation (niat) dalam belajar bahasa inggris mempunyai pengaruh kuat dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Motivation dapat dibagi menjadi 2 : integrative dan instrumental motivation. Dilihat dari asalnya, motivasi juga dibagi menjadi 2, yaitu : internal dan external motivation.
Instrumental
Integrative
Motivation
internal
external
Diagram  2. Motivation can be divided into two groups :
1) Instrumental and integrative motivations
2) Internal and external motivations
Interest (minat) dan strategi belajar siswa perlu diperhatikan oleh guru. Guru yang baik mampu membangkitkan faktor internal siswa. Seorang guru bahasa inggris harus faham dan menguasai berbagai metode mengajar serta alat/media pengajaran bahasa inggris dengan baik. Ia juga harus kreatif dalam mengajar sehingga pengfajarannya menarik dan bermakna.
E. Interfensi Sistem Bahasa Ibu ke Bahasa Kedua (Linguistic Interfence from L1 to L2)
1) Istilah (Terminology)
Karena kuatnya penguasaan bahasa pertama atau bahasa ibu, seorang siswa sering melakukan transfer sistem bahasa ibu ke bahasa yang sedang ia pelajari. MenurutRobert Lado dalam bukunya Linguistics Across Cultures (1957), yang ditransfer oleh siswa tidak hanya sistem bahasanya (yang terdiri dari vocabulary, grammar, dan pronounciation) melainkan juga sistem budaya yang ia miliki. Proses transfer sitem bahasa ini sering disebut interfensi (linguistics interfence) atau interlanguage(Selinker,1972) atau “approximative system” (Nemser,1971) atau “language transfer”(Richard,1975).
2) Interfensi  L1  ke  L2
Interfensi terjadi karena kuatnya pengaruh bahasa pertama sehingga jika ia berkomunikasi aktif akan menghasilkan kesalahan-kesalahan. Kesalahan berbahasa merupakan daya tarik tersendiri bagi linguis dan guru bahasa. Dalam psikolinguistik, kegiatan antisipasi dibahasa dalam constrative analysis, dan kegiatan terapi dibahasa dalam error analysis yang dilanjutkan ke remidial program.
3) Constrative Analysis
Menurut Charles Fries , bahan pengajaran yang baik adalah bahan yang digali dari hasil perbandingan bahasa siswa(bahasa pertama) dan bahasa yang diajarkan(bahasa kedua/target).
Perbandingan Kosa Kata Indonesia dan Inggris
Mirip                                                                                              Beda
1. Buku-book                                                                1.   Jendela-window
2. Gelas-glass                                                               2.   Besi-iron
3. Pena-pen                                                                  3.   Sapi-cow
4. Botol-bottle                                                                4.   Tanah-soil, ground
5.   Pisau-knife
6.   langit-sky
7.   garuda-eagle
8.   kambing-goat
9.   air-water
10. minyak-water
11. hujan-rain
12. rambut-hair
13. lantai-floor
14. payung-umbrella
15. daun-leaf
16. ranting-branch
Diagram  3. Sistem kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ternyata lebih banyak
perbedaannya. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dan guru harus
menambah jam untuk mengajarkannya (termasuk pronounciation dan
grammarnya karena mereka juga berbeda).
Contranstive analysis dianggap penting untuk diketahui para linguis dan guru karena memiliki daya prediksi terhadap kemungkinan terjadinya kesulitan yang dihadapi para pelajar/mahasiswa dalam mempelajari bahasa asing. Karena sistem bahasa Indonesia dan Inggris memliki banyak perbedaan, selain itu perbedaan sistem budaya juga ikut berpengaruh.
4) Error Analysis (Analisis Kesalahan)
Error analysis dianggap memiliki daya akurasi untuk terapi program pendidikan bahasa inggris (bahasa asing). Berdasarkan hasil penelitian, kesalahan yang sering dilakukan oleh pelajar Indonesia dapt diklasifikasikan menjadi 4 macam :
1. Interference (pengaruh sistem L1 ke L2)
2. Overgeneralization (gebyah uyah,teori pukul rata dalam menerapkan rumus).
3. Incomplete mastery of rules (belum sempurnanya pelajar dalam menguasai rumus/grammar)
4. Lack of care (kecerobohan, sembrono, tidak hati-hati)
Bentuk kesalahan berbahasa inggris dapat berupa :
1. Kesalahan memaki huruf besar (capitalization)
2. Kesalahan memakai article atau D-item (a ,an ,the ,some ,many , much ,every ,all ,most)
3. Kesalahan ejaan (spelling)
4. Kesalahan menggunakan modals (can, must, may, shall etc)
5. Kesalahan menggunakan adjectives
6. Kesalahan menggunakan tenses
7. Kesalahan menggunakan pola kalimat (sentence patterns).
Error analysis dapat juga dipergunakan untuk mengkaji kesalahan  Jawa, Sunda dan Indonesia dengan berbagai variasi, misalnya penggunaan preposisi, huruf besar

2 komentar: