Sabtu, 18 Mei 2013

PTK ( PENELITIAN TINDAKAN KELAS )


ENGLISH
Examples of TOD English SMP following may be useful for those of you who are in the process of making TOD , used as a reference please.
Before getting file Example TOD English junior this please see his review first to make sure if this is really you're looking for
CHAPTER I
INTRODUCTION
1.1 Background
Common and important issues that prompted the authors to conduct this research that berkembanganya new demands in the era of instant information revolution komnunikasi and by simply pressing a particular button, for example on electronic innovation: HP, computer etc.. Surely the process of education and educational outcomes as well as the condition of the challenges that will come obstacles students who definitely different this time. With the changing times towards Hi_Tech perbagai touched on facets of the competition has reached a certain goal is increasing the quantity and its quality. In the educational process would require careful preparation by researching to find solutions solving real problems learning activities both qualitative and quantitative and crack lajuti synergistic manner.
Specific and real problems occur in educational activities and learning which is as follows:
First, there is a view that motivation decreases child or children due to use traditional lazy to learn the majority of his time to watch TV, watch VCD / DVDs, playing PS games (play Stattion), playing with the HP / Mobile be it SMS or a game, playing games on computer and other electronic devices. This shows that the child is interested in playing on artificial or games on electronic devices or communication technology tools. Because of this condition, the development of the learning process. would need to be open to the demands of the era that many conditions using electronic devices. Education then packed using electronic media opportunity for interested students and reduce kemalsan learn when deliberately prepared and professional responsibility. And from the observations we can know a lot of International School (SBI) which is a prestigious school in a particular city mengaharuskan many students bring laptop as a learning tool in school or outside of school. If indeed the research findings that PC tertetentu program beneficial in improving educational achievement then why do not we apply? By being able to utilize a PC, laptop or internet in the community of educators and children of the technology will not stutter. And if teachers can make their own props in the form of interactive learning software will be more appropriate and educational achieve the learning objectives. Hardware in junior high school because now be applied even if the number is still less for one child one computer, when attempting to still be applied. Causes of decreased motivation theory as internal and eksten. For example, schools in general as: time / break time at school is too short, less available space or time to play, was having trouble at home, "chaotic" eg add new residents, do not like / school phobia because it may not provide a school library book -appropriate books, being sick, sad because of the new possible fight with a good friend, and the loss of his favorite books or indeed hobbinya lazy, saw seniors graduating 100% by the way there is a friend who is good at cheating decreased by way of SMS or no opportunity to decline to a friend three replications etc..
Secondly, there is the discourse that most junior high kids do not graduate because they do not speak English, right? This is relatively true from observation they did not pass the main cause for Top UN math or english kelululusan below the minimum standard. So the question arises: "how solutions eliminate failures child does not pass the right way or honest?"Of course require research. And fraud in obtaining test scores also resulted in decreased child's motivation to learn. Such as that contained in the Bulletin of the National Education Standards May 2007: "Although the arrangements for the National Examination 2007 has been completed or the UN, but there are still a myriad of issues to be resolved.Among them is the investigation into allegations of fraud examination at various schools. Not be denied, the UN organization that monitored and supervised by the Independent Monitoring Team (TPI) which involves professors from various universities, apparently fraudulent practices still exist in many places. Ironically, this is precisely the UN fraudulent practices implemented systematically by the Department of Education, principals, teachers, and certain other parties
Third, there is a view that children get bored reading about directly answering multiple choice questions because because is too difficult for him. To overcome this problem bank accordance teachers need to learn from the easy steps towards a difficult and weight difficulties
proportional logical approach normal curve.
Fourth, the problem of the third test requirements with electronic instant results and no cheating in the test needs to be applied. While the teachers find it difficult to make a test with computer media. And appropriate test media teaching purposes could not be found.
In accordance with the description of the background of the above problems, the authors conducted a study to take the title: "Increasing Motivation Learning English Material Short Text melaului Functional Test Model MCS Software Maker Script Different With Students Against Computer Class Viii A SMP Negeri 1 Sumbergempol vBulletin
1.2. Problem Formulation
Based on the description of the background of the problem then the problem is formulated as follows: "Does implementing MCS software test models of different texts with a computer maker can increase the motivation to learn English short functional text material for class VIII A SMP Negeri 1 Sumbergempol vBulletin?


INDONESIA
Contoh PTK Bahasa Inggris SMP berikut ini semoga berguna buat anda yang sedang dalam proses Pembuatan PTK, silakan dipergunakan sebagai bahan acuan.
Sebelum mendapatkan file Contoh PTK Bahasa Inggris SMP ini silakan lihat reviewnya terlebih dahulu untuk memastikan apakah ini yang benar-benar anda cari
B A B    I
P E N D A H U L U A N
1.1  Latar Belakang Masalah
Permasalahan umum dan penting yang  mendorong  penulis untuk mengadakan penelitian ini yaitu  berkembanganya tuntutan baru pada era  revolusi komnunikasi dan informasi instant  dengan hanya menekan tombol tertentu , misalnya pada inovasi elekronik : HP, komputer dll. Tentunya   proses  pendidikan dan hasil pendidikan serta kondisi tantangan rintangan  yang akan datang anak didik  yang pasti berbeda dengan saat ini. Dengan adanya perubahan jaman menuju Hi_Tech menyentuh  di perbagai  segi kehidupan maka persaingan sudah mencapai tujuan tertentu semakin meningkat kwantitas dan kwalitasnya. Dalam proses pendidikan  tentu memerlukan persiapan yang cermat dengan   meneliti mencari solusi pemecahan masalah nyata  kegiatan pembelajaran baik itu kwalitatif maupun kwantitatif  dan menindak lajuti dengan cara sinergis.
Permasalahan yang khusus  dan nyata terjadi dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran yakni sebagai berikut :
Pertama, ada wacana bahwa motivasi belajar anak menurun atau  anak malas belajar disebabkan   mengggunakan sebagain besar waktunya untuk nonton TV, nonton VCD/DVD, bermain game PS (play Stattion),  bermain dengan HP/Handphone baik itu SMS atau game, bermain game di Komputer dan alat eletronik lainnya. Hal ini menunjukan bahwa anak tertarik pada permaian artificial atau game pada alat elektronik ataupun alat teknologi komunikasi. Karena berkembangnya kondisi ini   maka proses pembelajaran. tentu perlu terbuka   menerima tuntutan kondisi  jaman yang banyak menggunakan alat elektronik. Maka pendidikan yang dikemas menggunakan media elektronis berpeluang untuk diminati siswa dan mengurangi kemalsan belajar bila sengaja dipersiapkan dengan bertanggung jawab dan profesional.  Dan dari pengamatan bisa kita ketahui banyak Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang merupakan sekolah bergengsi  di kota  tertentu banyak yang mengaharuskan muridnya membawa Laptop sebagai alat belajarnya di sekolah ataupun di luar sekolah. Bila memang hasil  peneltian bahwa PC dengan program tertetentu bermanfaat dalam peningkatan prestasi pendidikan maka mengapa tidak kita terapkan ? Dengan bisa menfaatkan PC  , laptop atau internet yang ada di masyarakat   para pendidik dan anak anak  tidak gagap terhadap teknologi nantinya. Dan bila guru bisa membuat alat peraga sendiri berupa  software pembelajaran yang interaktif dan edukatif akan lebih tepat mencapat tujuan pembelajaran. Karena Hardware di SMP saat ini sudah dapat diterapkan walaupun jumlah masih kurang untuk 1 anak satu komputer, bila diusahakan masih bisa diterapkan. Penyebab motivasi belajar menurun secara teori karena  intern dan eksten . Misalnya sekolah pada umumnya karena : waktu / jam istirahat di sekolah terlalu singkat, kurang tersedia tempat atau waktu untuk bermain, sedang punya masalah di rumah, “kacau” misal tambah warga baru, tidak suka/phobia sekolah karena mungkin saja perpustakaan sekolahnya belum menyediakan buku-buku yang memadai, sedang sakit, sedih mungkin karena baru bertengkar dengan teman baik, kehilangan buku kesayangannya dan atau memang hobbinya malas, melihat kakak kelas lulus 100 % dengan cara  ada yang curang menurun teman yang pandai dengan cara SMS atau ada kesempatan menurun dengan teman ketiga ulangan dll.
Kedua, ada wacana bahwa anak SMP tidak lulus kebanyakan karena tidak bisa bahasa Inggris, benarkah ?  Hal ini memang relatif benar dari pengamatan memang mereka tidak lulus penyebab utamanya yaitu karena Nilai  UN matematika atau bahasa inggris dibawah standart minimal kelululusan. Maka pertanyaan yang muncul  : ”bagaimana solusi menghilangkan  kegagalan anak tidak lulus dengan cara yang benar atau jujur ? ” Tentunya memerlukan penelitian.   Dan  adanya kecurangan dalam memperoleh nilai ujian yang juga mengakibatkan motivasi belajar anak menurun. Misalnya seperti yang termuat dalam Buletin BSNP   mei 2007 : ” Meskipun penyelenggarakan Ujian Nasional atau UN 2007 telah selesai, namun masih ada segudang permasalahan yang perlu diselesaikan. Diantaranya adalah investigasi terhadap dugaan terjadinya kecurangan UN di berbagai sekolah. Tidak dinafikan, penyelenggaraan UN yang dipantau dan diawasi oleh Tim Pemantau  Independen (TPI) yang melibatkan dosen dari berbagai perguruan tinggi, ternyata praktik kecurangan masih terjadi di banyak tempat. Ironisnya, praktik kecurangan UN ini justru dilaksanakan secara sistematik oleh pihak Dinas Pendidikan, kepala sekolah, guru, dan pihak tertentu lainnya
Ke tiga, ada wacana bahwa anak bosan  membaca soal langsung menjawab soal pilihan ganda karena soalnya terlalu sulit baginya. Untuk mengatasi ini  guru perlu bank  soal sesuai  tahapan  belajar  dari  yang  mudah  menuju  yang  sulit  dan  bobot  kesulitannya
proposional logis mendekati kurve normal.
Keempat,  Dari ketiga masalah tersebut  kebutuhan tes dengan hasil  instan elektronik dan tak ada kecurangan dalam tes semakin perlu diterapkan. Sementara para guru merasa sulit membuat media tes dengan komputer. Dan media tes yang sesuai tujuan pengajaran tak bisa ditemukan.
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah di atas, penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul: ”  Peningkatkan Motivasi  Belajar Bahasa Inggris Materi Teks Fungsional Pendek  Melaului Tes Model Software MCS Maker Naskah Berbeda Dengan Komputer Terhadap Siswa Kelas Viii  A  SMP  Negeri 1 Sumbergempol Tulungagung
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah menerapkan tes model software MCS maker naskah berbeda  dengan komputer dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris materi  teks fungsional pendek terhadap siswa  kelas VIII A SMP Negeri 1 Sumbergempol Tulungagung ?

semoga bermanfaat.....

Sabtu, 04 Mei 2013

PSYCHOLINGUISTICS


PSYCHOLINGUISTICS
(PSIKOLINGUISTIK)
A. Basic Concept ( Pengertian Dasar)
Definisi Psikolinguistik menurut Lim Kiat Boey, dalam bukunya “Introduction to Linguistic for the Language Teacher” :
As its name suggests, psycholinguistic is a field of study that combiness psychology and linguistics. The term itself was coined in 1951 though the study had been going on even in the nineteenth century in the form of the study of language development.
(Boey, 1975:103)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa psikolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik yang memadukan antara psikologi dan linguistik. Psikolinguistik merupakan ilmu yang relatif baru karena cabang ilmu linguistik itu baru dimunculkan pada tahun1951 meskipun studi tersebut sudah berlangsung sejak abad ke-19 dalam bentuk “studi perkembangan bahasa” (language development).
Psikolinguistik mempunyai perbedaan dengan ilmu linguistik. Linguistik sering didefinisikan sebagai “the scientific study of language” atau studi ilmiah terhadap bahasa. John B.Carrol (1969:183) menegaskan bahwa studi sistem bahasa dalam bentuk abstrak merupakan ranah,kawasan, atau ruang lingkup ilmu linguistik. Studi tentang bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem dan mempelajari bahasa sebagai ruang lingkup kajian psikolinguistik.
Linguistik umum yang dikenal sebagai general linguistics atau theoritical linguistics membahas :
1) Deskripsi atau pemerian bahasa sebagai sebuah sistem
2) Tentang madzhab(aliran) dan teori-teori linguistik
B. Scope (Ruang Lingkup Psikolinguistik)
Ruang lingkup psikolinguistik terbagi menjadi 2, yaitu :
1) How people use language as a system
Pembahasan tentang bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem.
2) How people learn a language or how people can acquire a language and use it for communication
Bagaimana orang dapat memperoleh bahasa tersebut sehingga dapat digunakan untuk komunikasi.
Tidak salah jika ada pendapat yang menyatakan “psycholinguistics
basically answer two questions : 1) How language is produced, and 2) How language is acquired or learned.”
Ruang lingkup linguistik dapat diperluas menjadi beberapa topik, diantaranya :
1) Bagaimana bahasa itu diterima dan diproduksi oleh pemakai bahasa
2) Bagaimana kerja otak manusia yang berkaitan dengan bahasa
3) Teori pemerolehan bahasa oleh anak (language acquisition theory)
4) Perbedaan antara pemerolehan bahasa oleh anak dan pembelajaran bahasa (the difference between childreen language acquisition and language learning)
5) Interferensi sistem bahasa ibu ke bahasa yang sedang dipelajari (linguistic interference)
6) Perkembangan bahasa (language development)
7) Peran motivasi dalam pembelajaran bahasa (khususnya bahasa asing)
Topik tentang bagaimana bahasa  diterima dan diproduksi oleh pemakai bahasa dikaitkan dengan teori Noam Chomsky tentang competence (kompetensi atau kemampuan berbahasa) dan performance (penampilan atau pemakaian bahasa dalam situasi nyata). Menurutnya, competence mengacu kepada “rumus-rumus bahasa yang telah dikuasai dan disimpan oleh pemakai bahasa” (the implicit rules of the language stored in the mind of the speaker).
Tatabahasa aliran Noam Chomsky disebut Transformational Generative Grammarkarena dia berharap agar rumus bahasa itu dapat mendorong pemakai bahasa untuk memahami dan menciptakan kalimat-kalimat baru.
Performance menurut Chomsky adalah aktualisasi/pemakaian rumus-rumus bahasa oleh seorang dalam situasi yang sebenarnya. Jadi, diharapkan agar seseorang dapat berbicara secara benar (accurate) dan lancar (fluent) atau dapat memiliki “good competence and performance.”
C. Teori Pemerolehan Bahasa (Language Acquisition Theory)
1) Pendahuluan
Pembelajaran bahasa oleh anak-anak kecil (language learning by infants) atau oleh anak prasekolah diberi istilah oleh para linguis sebagai language acquistion(pemerolehan bahasa). Dalam perkembangannya , juga disebutChildren Language Acquisition (CLA), artinya pemerolehan bahasa oleh anak.
Leonard Bloomfield adalah ahli bahasa ternama di Amerika Serikat yang telah berjasa menjadikan ilmu linguistik sejajar dengan ilmu lain, yaitu bersifat mandiri (autonomus) dan ilmiah (scientific). Bapak Linguistik di Eropa adalah Ferdinand de Saussure karena ia telah berhasil juga membuat ilmu linguistik itu mandiri dan ilmiah.
Di Amerika, Bloomfield menjadi terkenal setelah ia mengarang bukuLanguage(1993). Namun, teori Bloomfield berseberangan dengan teori Noam Chomsky karena landasan kebahasaan dan psikologi yang berbeda. Bloomfield memulai kajian kebahasaan itu dari phoneme, sedangkan Noam Chomsky memulai dari sentence. Bloomfield lebih condong ke aliran behavioristik sedangkan Chomsky ke aliran rasionalis.
Namun perbedaan itu bagi para praktisi Linguistik dianggap wajar/luwes. Para Applied Linguistik dapat pula menggunakan teori William Stern yang memadukan antara konsep bakat dan ajar.
Language Acquisition Theory
The Habit Formation Theory The Cognitive Code Learning Theory
supported by Bloomfieldians.                                                    supported by TG Grammarians.
Gambar 1. Teori pemerolehan bahasa oleh anak dapat dibagi 2 :
1) The Habit Formation Theory yang didukung oleh para Linguis aliran Bloomfield
2) The Cognitive Code Learning Theory yang didukung oleh para Linguis aliran Chomsky.
Source : Subhan (2003:9-12).
2) The Habbit Formation Theory
The Habit Formation Theory (teori pembentukan kebiasaan) menjelaskan bahwa anak kecil itu dapat menguasai bahasa ibu (the mother tongue) atau bahasa pertama (L1) karena adanya faktor pembentukan kebiasaan(habit formation) yang dilakukan oleh orang tua, keluarga, atau lingkungan khususnya ibu. Teori ini sejalan dengan teori empirisme/tabula rasa yang dikemukakan oleh John Lock, yaitu anak kecil diibaratkan seperti kertas putih atau meja lilin putih yang dapat ditulisi,dilukisi, atau dibentuk oleh lingkungan keluarganya.
Pembiasaan bertingkah laku termasuk berbahasa oleh keluarganya yang disertai dengan dorongan perasaan cinta akan menumbuhkan iklim yang baik bagi penguasaan bahasa oleh anak. Menurut teori ini, pendidik perlu memberikan stimulus, reward, hadiah atau bentuk lain agar anak termotivasi untuk belajar lebih rajin. Teori ini juga mendorong diberikannya drill (latihan yang terus menerus) agar anak dapat secara otomatis memberikan respon terhadap orang lain. Selain itu, reinforcement(penguatan motivasi,hadiah dan pujian) juga perlu diberikan.
3) The Cognitive-Code Learning
Teori yang dikemukakan oleh aliran Noam Chomsky ini mengisyaratkan adanya proses proses pembelajaran bahasa melalui penguasaan code, rules, kaidah atau rumus-rumus bahasa (grammatical rules) melaluI proses kognitif(berfikir) oleh si anak. Anak kecil itu pada hakikatnya sudah dikaruniai oleh Allah berupa Language Acquisition  Device (LAD) atau semacam alat untuk menguasai bahasa pertama (L1). Anak kecil juga sudah dapat membuat ‘‘hipotesis” terhadap input bahasa yang datang dari lingkungannya/keluarganya. Bahasa anak kecil pada dasarnya berawal dari tangisan/jeritan(cry). Dengan cara ini, orang tua/orang lain akan menghampiri si bayi dan akan memberikan pertolongan/perlindungan kepadanya.
Seiring dengan pertumbuhan fisiknya, anak akan  mulai dapat mengucapkan kata-kata seperti “ma”, “pa”, “ibu”, “bapak” dsb. Kembali anak kecil itu membuat hipotesis bahwa bahasanya dapat menjadi perantara untuk memenuhi keinginannya. Selanjutnya, seiring perkembangannya, anak bisa mengucap kata yang lebih panjang seperti, “bapak es”, “ibu oti” dsb.  Ternyata bahasanya cukup efektif karena ibunya tanggap dan memujinya, “wah, pintar kamu sudah bisa memanggil ibu—-mau minta roti ya? Atau sang ayah yang datang dan berkata, “manggil bapak ya? —-mau minta es?
4) The Convergence Theory
Teori konvergensi merupakan titik perpaduan antara teori bakat (nativism) dan teori ajar/pendidikan (empirism). Teori Nativism berpandangan bahwa perkembangan anak atau keberhasilan anak itu tergantung pada bakat(talent or aptititude) yang dimiliki anak tersebut sejak lahir. Sebagai contoh, banyak seniman besar yang tidak sekolah namun menjadi seniman karena faktor bakat.
Noam Chomsky yang menciptakan aliran linguistik “Transformational Generative Grammar” lebih menyukai aliran nativisme karena ia percaya bahwa dengan adanya LAD(Language Acquisition Device), si anak akan dapat belajar bahasa, melakukan eksperimen, membuat hipotesis dan akhirnya dapat menguasai bahasa orang dewasa.
Teori empirisme (oleh John Lock) berpandangan bahwa perkembangan anak/keberhasilan si anak ditentukan oleh pendidikan atau pengajaran yang diterima si anak tersebut dari orang tua, lingkungan, dan masyarakat luas. Teori ini banyak dipakai oleh masyarakat di dunia, terbukti bahwa hampir setiap orang tua menyekolahkan anaknya.
Teori konvergensi berpandangan bahwa perkembangan anak/keberhasilan anak ditentukan oleh 2 faktor, yaitu bakat dan ajar. Ilustrasinya, banyak orang yang mengaku tidak berbakat menjadi guru,kemudian mereka masuk sekolah keguruan(SPG,PGA,IKIP dsb), sehingga mereka jadi guru sesuai dengan bidangnya. Kalau orang yang tidak berbakat saja dapat didik untuk jadi guru, apalagi mereka yang mempunyai bakat,pasti akan lebih mudah untuk di didik.
D. Language Learning
Secara umum, language learning (pembelajaran bahasa) dapat diterapkan ke bahasa pertama (L1), bahasa kedua (L2), dan bahasa asing (FL). Dalam ilmu psikolinguistik,bahasa kedua (L2) itu adalah bahasa target atau bahasa yang diajarkan. Kesuksesan belajar bahasa inggris(bahasa asing lainnya) bergantung pada banyak faktor,yaitu :
1) Faktor guru
2) Faktor siswa
3) Faktor materi
4) Faktor fasilitas
5) Faktor lingkungan
6) Faktor metode mengajar dan alat evaluasi
1) Faktor Guru (The Teacher Factor)
Merupakan faktor yang paling sentral dalam usaha mendorong ke arah perbaikan mutu pendidikan secara umum. Faktor guru mencakup kompetensi guru dalam menguasai materi bahasa inggris (what to teach), kepiawaian dalam mengajar (how to teach), dan motivasi serta kegigihan guru dalam mengajar. Salah satu pendorong motivasi guru dalam mengajar dan membimbing adalah gaji yang cukup dan nilai ketaqwaan yang tinggi.
2) Faktor Siswa (The Learner Factor)
Dalam language learning, guru harus bisa membangkitkan atau mengembangkan unsur faktor siswa seperti :
a. IQ (kecerdasan)
b. Aptitude (bakat)
c. Attitude (sikap)
d. Motivation (motivasi/niat)
e. Interest  (minat)
f. Strategy of foreign language learning
Pepatah mengatakan “pisau yang tumpul akan menjadi tajam apabila senantiasa diasah.” Pengalaman, pelatihan dan pendidikan dapat meningkatkan kecerdasan seseorang. Ada 3 macam kecerdasan, yaitu IQ (Intellectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan AQ (Adversity Quotient).
Aptitude (bakat) dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar bahasa inggris. Namun siswa yang tidak mempunyai bakat dapat pula meraih kesuksesan dengan sayarat ia mengikuti pendidikan dengan tekun dan penuh kesungguhan.
Attitude (sikap) memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa inggris. Seseorang yang yang memiliki sikap kurang baik(negatif) akan bahasa inggris, biasanya juga akan membenci guru yang mengajar atau bosan untuk belajar.
Motivation (niat) dalam belajar bahasa inggris mempunyai pengaruh kuat dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Motivation dapat dibagi menjadi 2 : integrative dan instrumental motivation. Dilihat dari asalnya, motivasi juga dibagi menjadi 2, yaitu : internal dan external motivation.
Instrumental
Integrative
Motivation
internal
external
Diagram  2. Motivation can be divided into two groups :
1) Instrumental and integrative motivations
2) Internal and external motivations
Interest (minat) dan strategi belajar siswa perlu diperhatikan oleh guru. Guru yang baik mampu membangkitkan faktor internal siswa. Seorang guru bahasa inggris harus faham dan menguasai berbagai metode mengajar serta alat/media pengajaran bahasa inggris dengan baik. Ia juga harus kreatif dalam mengajar sehingga pengfajarannya menarik dan bermakna.
E. Interfensi Sistem Bahasa Ibu ke Bahasa Kedua (Linguistic Interfence from L1 to L2)
1) Istilah (Terminology)
Karena kuatnya penguasaan bahasa pertama atau bahasa ibu, seorang siswa sering melakukan transfer sistem bahasa ibu ke bahasa yang sedang ia pelajari. MenurutRobert Lado dalam bukunya Linguistics Across Cultures (1957), yang ditransfer oleh siswa tidak hanya sistem bahasanya (yang terdiri dari vocabulary, grammar, dan pronounciation) melainkan juga sistem budaya yang ia miliki. Proses transfer sitem bahasa ini sering disebut interfensi (linguistics interfence) atau interlanguage(Selinker,1972) atau “approximative system” (Nemser,1971) atau “language transfer”(Richard,1975).
2) Interfensi  L1  ke  L2
Interfensi terjadi karena kuatnya pengaruh bahasa pertama sehingga jika ia berkomunikasi aktif akan menghasilkan kesalahan-kesalahan. Kesalahan berbahasa merupakan daya tarik tersendiri bagi linguis dan guru bahasa. Dalam psikolinguistik, kegiatan antisipasi dibahasa dalam constrative analysis, dan kegiatan terapi dibahasa dalam error analysis yang dilanjutkan ke remidial program.
3) Constrative Analysis
Menurut Charles Fries , bahan pengajaran yang baik adalah bahan yang digali dari hasil perbandingan bahasa siswa(bahasa pertama) dan bahasa yang diajarkan(bahasa kedua/target).
Perbandingan Kosa Kata Indonesia dan Inggris
Mirip                                                                                              Beda
1. Buku-book                                                                1.   Jendela-window
2. Gelas-glass                                                               2.   Besi-iron
3. Pena-pen                                                                  3.   Sapi-cow
4. Botol-bottle                                                                4.   Tanah-soil, ground
5.   Pisau-knife
6.   langit-sky
7.   garuda-eagle
8.   kambing-goat
9.   air-water
10. minyak-water
11. hujan-rain
12. rambut-hair
13. lantai-floor
14. payung-umbrella
15. daun-leaf
16. ranting-branch
Diagram  3. Sistem kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ternyata lebih banyak
perbedaannya. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dan guru harus
menambah jam untuk mengajarkannya (termasuk pronounciation dan
grammarnya karena mereka juga berbeda).
Contranstive analysis dianggap penting untuk diketahui para linguis dan guru karena memiliki daya prediksi terhadap kemungkinan terjadinya kesulitan yang dihadapi para pelajar/mahasiswa dalam mempelajari bahasa asing. Karena sistem bahasa Indonesia dan Inggris memliki banyak perbedaan, selain itu perbedaan sistem budaya juga ikut berpengaruh.
4) Error Analysis (Analisis Kesalahan)
Error analysis dianggap memiliki daya akurasi untuk terapi program pendidikan bahasa inggris (bahasa asing). Berdasarkan hasil penelitian, kesalahan yang sering dilakukan oleh pelajar Indonesia dapt diklasifikasikan menjadi 4 macam :
1. Interference (pengaruh sistem L1 ke L2)
2. Overgeneralization (gebyah uyah,teori pukul rata dalam menerapkan rumus).
3. Incomplete mastery of rules (belum sempurnanya pelajar dalam menguasai rumus/grammar)
4. Lack of care (kecerobohan, sembrono, tidak hati-hati)
Bentuk kesalahan berbahasa inggris dapat berupa :
1. Kesalahan memaki huruf besar (capitalization)
2. Kesalahan memakai article atau D-item (a ,an ,the ,some ,many , much ,every ,all ,most)
3. Kesalahan ejaan (spelling)
4. Kesalahan menggunakan modals (can, must, may, shall etc)
5. Kesalahan menggunakan adjectives
6. Kesalahan menggunakan tenses
7. Kesalahan menggunakan pola kalimat (sentence patterns).
Error analysis dapat juga dipergunakan untuk mengkaji kesalahan  Jawa, Sunda dan Indonesia dengan berbagai variasi, misalnya penggunaan preposisi, huruf besar